Pagi yang cerah.. Semua burung bersiul dengan merdu..
Ku mendengarkan di balik jendela..
Pantulan cahaya matahari mengenai kulitku, dan kulitku terasa hangat..
Ku menatap gumpalan awan putih yang berada diatas langit biru..
Ku membayangkan aku bisa terbang menggapai awan itu dan ku bawa pulang..
Tetapi semua itu hanyalah khayalanku semata..
Dalam hati kecil ku berkata "Apa aku bisa seperti burung yang selalu bersiul di pagi hari menyenangkan hati orang yang mendengar? "Apa aku bisa seperti sinar matahari yang selalu menerangi seluruh jagat raya? "Apa aku bisa seperti awan yang selalu menghiasi langit dengan warna putihnya yang bersih? "Apa aku bisa seperti semua itu sebelum ajal menjemputku? "
Air mata membasahi pipi kering ku dan aku membayangkan aku tak ada lagi di dunia ini. Tak bisa melihat burung yang bersiul, cahaya matahari yang bersinar terang, awan yang selalu bergerak mengikuti angin dan meghiasi langit biru?
Bunga Mawar di atas meja kamar ku mulai layu, satu persatu daun yang dulu berwarna merah segar kini mulai berwarna kecoklatan dan satu persatu daun itu mulai gugur dan kering menjadi serbuk halus.
Tiba-tiba darah keluar dari hidung ku. Aku berkata dalam hati "Apa mungkin umurku hanya tinggal menunggu waktu?. Air mata membasahi pipiku lagi dan kini mataku sangat lembam. Ku usap darah itu dengan tisu hingga darah itu bersih dari hidung ku. Aku mengambil kaca dan ku lihat wajahku yang sudah mulai memucat. Aku takut dan akhirnya kaca itu ku banting, salah satu serpihan kaca mengenai kaki ku dan kaki ku mulai berdarah. "Darah lagi?" dalam hatiku berkata. Ku ambil serpihan kaca itu dengan perlahan dan ku bersihkan luka ku.
Ku kembali menatap ke jendela. Burung yang bersiul sudah pergi kini suasana sangat hening hanya suara angin yang menemaniku semua terasa hening. Kini kukembali berbaring di tempat tidur dan aku terbayang aku takkan terbangun lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar